JUMAAT, 18 Desember 2009, bertepatan dengan 1 Muharam 1431 H. Bermakna, inilah hari pertama tahun baru Islam mengikut perhitungan kalender Hijriyah. Kalendar Hijriyah yang perhitungannya mengarah kepada pergantian bulan (Qomariyah), menjadikan peristiwa hijrah Rasulullah Saw dan kaum Muslimin sebagai awal perhitungan. Oleh itu, kalender kaum Muslim ini disebut tahun hijriyah (dari kata “hijrah”).
Hal itu juga bererti, peristiwa hijrah Rasulullah SAW dan para sahabat, dari Mekah ke Madinah (Yatsrib), sudah berusia 1431 tahun. Walaupun sudah begitu lama, namun peristiwa itu masih dikenang, diingat, dan masih segar dalam sanubari kaum Muslimin masa kini dan insya Allah masa akan datang. Hakikatnya, perintah hijrah tetap berlaku sepanjang zaman namun dalam bentuk amalan dan teknik yang berbeza.
Hijrah merupakan momentum ke arah menegakkan syariah, daulah dan kejayaan Islam. Hijrah merupakan strategi dakwah untuk memperkuat barisan penegak syariat Islam dan membangun “home base” kaum Muslimin masa itu.
Penggantian tahun baru Islam bererti momentum peringatan peristiwa hijrah sekaligus penggalian maknanya. Sejumlah ulama, dari masa ke masa, terus berusaha menggali hikmah tersebut dan meng-up date-nya tiap kali bertemu tahun baru Islam 1 Muharam.
Pakar tafsir Dr. Quraish Shihab mencatat, ada empat poin seputar hijrah:
1. Kata "hijrah” digunakan untuk mengistilahkan perpindahan suatu kaum atau individu dari satu hal yang sifatnya buruk kepada hal lain yang sifatnya baik. Pengertian ini berlaku kepada kegiatan pindah tempat dan pindah kelakuan. Contoh hijrah yang paling populer adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah. Contoh lainnya adalah tobatnya seseorang. Jika seseorang telah bertobat, dengan tobat nasuha, ini pun dikategorikan hijrah, berpindah dari suatu kondisi buruk kepada kondisi yang baik.
2. Al-Quran berjanji untuk memberikan kelapangan bagi siapa pun yang berhijrah. Namun, kelapangan yang akan diberikan Allah SWT hanya berlaku bagi orang yang secara sungguh-sungguh melaksanakan hijrah.
3. Sebelum hijrah Nabi Saw, nabi-nabi sebelumnya hijrah. Misalnya, Nabi Musa hijrah beserta kaumnya dari Mesir ke Palestina.
4. Poin cukup penting dalam berhijrah adalah usaha maksimal yang dilakukan. ketika kita sudah bertekad untuk berhijrah, maka sepantasnyalah kita berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menjalankan hijrah itu. Setelah kita telah berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membantu kita dalam menjalani hijrah kita. Contoh nyata hijrah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dari Mekah ke Madinah.
Ulama lain, Syaikh Dr. Fadhl Ilahi, dalam bukunya, Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, menegaskan, Allah Swt menjadikan hijrah sebagai kunci di antara kunci-kunci rezeki.
‘Al-Muhajarah’ (hijrah), sebagaimana dikatakan Imam Ar-Raghib Al-Asfahani, adalah keluar dari negeri kafir kepada negeri iman, sebagaimana para sahabat yang berhijrah dari Makkah ke Madinah.
Menurut Syeikh Fadhl, hijrah di jalan Allah termasuk kunci rezeki, sebagaiman ditegaskan Allah Swt, " Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrahyang luas dan rizki yang banyak" [QS. An-Nisaa:100].
Dalam ayat yang mulia ini, Allah menjanjikan bahwa orang yang berhijrah di jalan Allah akan mendapati dua hal : Pertama 'muraagama katsiiran", Kedua 'sa'atan'. Yang dimaksud 'muragamaa' sebagaimana dikatakan oleh Imam Ar-Razi adalah, barangsiapa berhijrah di jalan Allah ke negeri lain, niscaya akan mendapat di negerinya yang baru itu kabaikan dan kenikmatan yang menjadi sebab kehinaan dan kekecewaan para musuhnya yang berada di negeri asalnya.
Sedangkan yang dimaksud 'sa'atan' (keluasan), yaitu keluasan rezeki. Inilah yang dikatakan oleh Abdullah bin Abbas r.a dan ulama lainnya adalam menafsirkan ayat ini.
Ketika para sahabat Nabi Saw meninggalkan rumah-rumah, harta benda, dan kekayaan mereka untuk hijrah di jalan Allah, Allah serta merta mengganti semuanya. Allah memberikan kepada mereka kunci-kunci negeri Syam, Persia, dan Yaman. Allah berikan kepada mereka kekuasaan atas istana-istana negeri Syam yang merah juga istana Mada'in yang putih. Kepada mereka juga dibukakan pintu-pintu Shan'a, serta ditundukkan untuk mereka berbagai simpanan kekayaan Kaisar dan Kisra.
HIJRAH merupakan momentum perjuangan umat Islam untuk tetap survive. Dimulainya penanggalan Tahun Hijriyah dari saat hijrah, menunjukan betapa kita harus menghargai dan mengambilhikmah dari peristiwa hijrah yang merupakan struggle for life (perjuangan untuk hidup), struggle for existence (perjuangan untuk menjadi perkasa).
Dalam buku Kebangkitan Islam dalam Pembahasan (1979), Sidi Gazalba menulis: "Dipandang dari ilmu strategi, hijrah merupakan taktik. Strategi yang hendak dicapai adalah mengembangkan iman dan mempertahankan kaum mukminin".
Hijrah dalam konteks masakini bukanlah bermksud dengan meninggalkan tanah air semata-mata seperti kaum Muhajirin, tetapi berpindah dari gaya hidup musyrikin atau tidak Islami ke gaya hidup yang Islami (berpijak pada nilai-nilai Islam), pindah dari kerenggangan jalinan ukhuwah kepada eratnya persaudaraan sesama Muslim, dan hijrah dari beramal mungkar ke beramal baik.
Setiap pergantian Tahun Hijriyah juga merupakan momentum pengeratan solidaritas sesama Muslim. Ia tidak perlu dirayakan sebagaimana hingar-bingarnya perayaan "Malam Tahun Baru Masehi", akan tetapi lebih memerlukan penghayatan dan pemupukan nilai-nilai yang ada dalam karektor "Tahun Islam" ini. Artinya, ia membutuhkan pemaknaan dan pengkajian